Halaman

Sabtu, 30 Januari 2010

cintabassam

MERAMU FILM SEBAGAI HELM
oleh: Alfithrah Arufa
Perkembangan dunia kini semakin tampak jelas terus menghipnotis setiap penghuni dunia agar selalu menikmati buah dari modernisasi hasil karya dan karsa manusia, sebuah nilai esensi yang cukup menjadi sahabat karib manusia abad 21. Betapa besarnya nilai manfaat yang dikandung oleh teknologi modern, jika dimanfaatkan dengan baik, tentunya.
Perkembangan teknologi telah melahirkan benih-benih informasi yang sangat akurat, dan actual, dengan mudahnya setiap orang dapat menjumpainya dimanapun, dan kapanpun mereka kehendaki, bahkan terkadang kita tidak perlu mencari informasi-pun, info tersebut kadang datang sendiri pada kita, ini membuktikan bahwa pesatnya perkembangan teknologi telah menyentuh setiap unsur dunia ini. Hal yang paling menonjol saat ini adalah perkembangan teknologi yang di arahkan pada dunia infotaiment, perfilman dan artistic contohnya. Berbagai hiburan kini dikemas dalam bentuk yang lebih terdesign rapi, indah dan berbobot modernisasi.
Penggunaan teknologi yang semakin canggih, telah membuat manusia terbalut dalam pilihan. Kita telah menyadari apapun yang hendak kita kerjakan memiliki nilai-nilai tawaran untuk memilih, dan memastikan antara yang baik dan yang buruk, atau antara hitam dan putih. Dalam menentukan hak pilihan kita, tak ada yang mampu menghalangi apa lagi memaksa, karena hal tersebut merupakan hak asasi setiap individu di muka bumi ini.
Dalam opini saya ini, sengaja saya tulis judul "Meramu Film sebagai Helm". Hal ini berdasarkan asumsi semakin melangitnya dunia perfilman nasional maupun internasional, akan tetapi moralitasnya masih membumi, artinya masih sulit terkendalikan oleh dunia perfilman itu sendiiri, terlebih dengan meluasnya sarana Teknologi Informatika (TI) di mana-mana yang juga kini malah tampak durhaka pada manusia. Padahal hasil ciptaan manusia sendiri, ya… tak menutup kemungkinan saking hebatnya karya-karya manusia, sampai-sampai karya-karya manusia tersebut akan menghancurkan manusia itu sendiri, sebabnya adalah ketidak mampuan manusia lagi untuk mengendalikannya, baik secara intelektual maupun spiritual.
Hal ini serupa dengan film-film yang menjadi hidangan mentah bagi jendela dunia kita (mata), suatu awal kehancuran apabila manusia terhipnotis dan dikendalikan oleh tayangan-tayangan film yang apmoral dan membawa misi pengkroposan ideology dan psikology. Hal demikian terjadi sebab kurangnya intelegient dan spiritual Question seseorang, apa yang kita lihat seharusnya dapat diracik dalam otak kita sebagai pusat untuk memilih sebelum kita meresapi hikmah ataupun nilai-nilai positf yang dapat kita petik dari sebuah tayangan film ke dalam hati nurani kita, jadikan iman dan takwa kita sebagai "helm" yang bisa melindungi hati dan otak/pikiran kita dari kecelakaan moral dahsyat dan benturan ideology yang sangat keras, sehingga kita perlukan perawatan medis insaniyah dan ilahiyyah.
Kalau kita ikuti perkembangan perfilman dewasa ini, kita jangan sampai tertipu dengan balutan dan tampilan yang bernuansa religi, tak jarang misi-misi negative juga terselip di balik tampilan film-film berjilbab ataupun berpeci tersebut. Karena setiap film yang dirilis tentunya memiliiki nilai-nilai yang ingin ditanamkan pada setiap orang yang melihatnya. Kalau yang jelas berbau relegi saja harus diwaspadai aplagi yang bukan nuansa islami, Atau perasukan benalu itu bukan melalui nilai-nilai yang terkandung dalam inti tujuan film tersebut, melainkan dari pengurasan dan penguasaan yang tak kita sadari, yaitu film yang menikam kita lewat waktu. Banyak waktu yang kita sia-siakan, dan banyak waktu yang kita korupsikan untuk beribadah wajib (apalagi yang sunnah).
Itulah deskripsi problema film-film yang yang harus kita waspadai, disamping itu juga banyaknya film yang kita konsumsi bernilai positif dan membangun jiwa serta semangat dalam berjuang menuju ridho Ilahi Robbi. Dan inilah yang harus kita ramu sebagai helm (pelindung) jiwa dan raga kita. Bagaimana dengan anda?

Senin, 18 Mei 2009

Tasbih Bercinta


alief_alkendariy@yahoo.co.id 
K U T U C I N T A D U L U
B A R U K U D U C I N T A

[Oleh : Alfithrah_Alkendariy]

Kalau kita bicara masalah cinta, ya… memang gak ada habis-habisnya, soalnya cinta itu bagaikan jamur yang bisa tumbuh dimana saja, bagaikan bunglon yang bisa menyesuaikan diri kapanpun dia datang, cinta memang telah menjadi satu kesatuan dalam jiwa dan hati setiap makhluk hidup~kalau punya hati. Dengan rasa cinta, terkadang setiap insan dan insaniyah yang ada di permukaan bumi ini, dapat melakukan apapun yang mereka inginkan, apapun yang mereka senangi, sampai-sampai (kata orang-orang) tai pun rasa cokelat, ya! Bagaimana tidak, hal itu terjadi dan membara panas dalam sanubari hati terdalam, dalam akal sadar bahkan di bawah sadar.
Sekalipun cinta merupakan lantunan merdu dalam bait-bait telaga kasih sayang, terkadang cinta bisa menjadi bara panas yang menghanguskan semua persaaan dan meleburkannya dalam pintu kebimbngan alias Stress cinta, tak jarang orang yang bahagia karena cinta tapi tak jarang juga orang yang menderita gara-gara cinta. Sebenarnya dalam prcintaan, yang di harapkan hanyalah kebahagian dan kasih sayang sejati antara sang pecinta yang sedang berlayar di samudra cinta mereka berdua bertiga atau lebih boleh gak ya?, Eiit… jangan bahas itu dulu, itu PR aja buat kamu?, tuh kan cinta memang selalu menimbulkan tanda Tanya, ada apa dengan cinta? (kaya judul film aja-AAC), jawabannya tahu gak?. Ternyata banyak orang coba-coba bercinta alias pacaran karena alasan gengsi gede-gedean, ikut-ikutan, atau Cuma sekedar numpang expresikan nafsu dan gaya, katanya mereka“hari gini gak puya pacar?”, mau jadi high kuality jomblo ya?, dan banyak lagi unkapan-ungkapan hangat lainnya.
Wah… berarti kalau punya pacar hebat dong, bisa jadi ‘Ya’ bisa juga ‘Tidak’, punya pacar atau pernah bercinta belum cukup jadi standard hebatnya seseorang, Alhamdulillah kalau cintanya benar-benar expresi keikhlasan cinta bukan karena gensi, dan takut kuper (kurang percintaan/kurang pergalan). Terkadang orang-orang sulit memaknai Cinta yang mereka alami, mereka hanya bisa merasakan kehadirannya, lalu bingung apa yang harus mereka lakukan dengan rasa itu, apakah harus di curhatkan, dibuang atau harus di aplikasikan pada insan yang hadir di hatinya?, ini baru mau masuk, baru di pintu gerbang cinta, cinta sudah bikin pusing, apalagi mau masuk dalam percintaan, aduh… mendingan kalaian jadi kutu cinta dulu deh… tidak cukup kutu buku saja lho…! Ya ibarat sepeda, cinta perlu dituntun dan dipelajari juga.
CINTA HARUS BUTA
Pernah dengar istilah ‘Cinta Itu Buta’ nggak ?, bagaimana menurut anda?.
Jika cinta itu buta maka buta juga hatinya. Cinta buta, hanya sebatas gerbang cinta, ketika cinta mau masuk dalam hati manusia, artinya cuma awalnya saja, karena cinta tak pandang bulu, kalau sudah jodoh dari-Nya, mau kemana, cinta tak akan lari jauh-jauh.
Itulah gambaran cinta yang sangat sempit. Sekarang saya ingin anda bisa membutakan cinta anda, Pernahkah anda lihat orang buta?, cobalah anda menjadi sosok cinta yang buta seperti orang yang buta kedua matanya, apa yang anda rasakan dan apa yang anda lihat jika anda menutup kedua mata anda?, (jawab dalam hati!), dalam keadaan menutup mata, cobalah kau mengambil sesuatu yang anda senangi di sekitar anda!, bagaimana caranya agar anda bisa meraihnya? (jawab dalam hati!). ketika cinta dibutakan, tentunya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, butuh renungan tinggi, untuk meraih sesuatu yang disenangi dalam keadaan buta, tentunya anda harus berpikir dimana benda itu berada, setelah tahu posisinya anda masih meraba-raba,inikah pilahanku? Setelah memastikan benda yang anda senagi itu, tentunya anda akan meraihnya dengan rasa senang hati.
Begitulah cinta yang tulus dan tidak sempit etilogi, arti dari semuanya adalah, untuk meraih sesuatu yang di senangi dibutuhkan ikhtiyar, walaupun garis jodoh sudah ada dari-Nya, itulah yang dinamakan iktiyar cinta, karena jika cinta buta tanpa ikhtiyar, hanya kegelapan yang dapat hadir, tapi sebenarnya ada cahaya cinta di sana yang bisa menerangi kegelapan cinta (maksiat bin nafsu) dan menuntunmu menuju cahaya itu, itulah yang dinamakan cahaya cinta, cahaya yang memancar saat insan jadi kutu cinta, dan dapat menentukan cinta yang terbaik lewat mata cinta. Karena ada mata dalam mata hati, Ada cinta dalam cinta sejati.
Kalau kita melirik buku SJ-nya bang Alayk Bafarah, disana mayoritas merupakan kajian tentang cinta, terutama lewat syair-syair romannya, nah kaya beliau ini bisa dikatakan kutu cinta. Memang cinta tak semudah menabur benih. Cinta akan bersemi tatkala ada keselarasan antara dua hati serta persepsi yang sama dalam memahami sebuah jalinan cinta kasih. Oleh karena itu cinta tak cukup modal fisik saja, tapi hati juga, (mestinya).